Banyak cerita tentang bagaimana tentara Belanda disiksa dan dibunuh saat pendudukan Jepang para Perang Dunia II. Tidak terkecuali di Kota Balikpapan yang menjadi pusat pengolahan minyak pada masa itu. Cerita Kesurupan Tentara Belanda Tanpa Kepala ini berawal dari kisah yang diceritakan oleh almarhum ibu saya beberapa waktu lalu.
Saat itu sekitar tahun 1960an (tidak tahu tahun bulan dan tanggal berapa tepatnya), julak (kakak dari ibu Saya) yang bekerja di Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Hardjanto Balikpapan seperti biasa pergi dan pulang menumpang kendaraan dinas yang dipergunakan untuk mengantar-jemput petugas Rumah Sakit Tentara yang berada di kawasan militer Jalan Tanjungpura yang saat itu masih bernama Jalan Sentosa.
Seperti biasa, saat pergantian jam kerja malam, beliau bersama teman-teman sejawatnya diantar pulang menggunakan mobil dinas tentara.
Dikarenakan rumah beliau di kawasan Jalan Kilat Kebun Sayur Balikpapan Barat, maka beliau menjadi orang yang terakhir diantar. Karena harus mengantar teman-teman beliau yang berada di daerah Prapatan dan Asrama Bukit.
Malam itu sekitar jam 23 malam, orang pertama yang diantar pulang adalah teman sejawat beliau yang rumahnya berada di kawasan Prapatan Dalam yang tidak begitu jauh dari kawasan RST. Perjalanan menuju pulang seperti biasa melewati kawasan Makam Belanda yang waktu itu masih terdapat di daerah Prapatan yang sekarang sudah menjadi lapangan dekat SD di sekitar jalan masuk Prapatan dalam.


Saat ini makam Belanda tersebut sudah tidak ada, karena telah dipindahkan ke negerinya.
Dari kawasan Prapatan Dalam Perjalanan pulang dilanjutkan menuju daerah Asrama Bukit di bilangan Balikpapan Barat melewati Jalan Minyak atau yang sekarang kita kenal dengan Jalan Yoes Soedarso yang merupakan kawasan kilang Pertamina.
Jalan Minyak saat itu sangatlah sepi apalagi dijam segitu.
Kita bisa bayangkan bagaimana horornya di dalam mobil hanya bertiga dengan sopir melewati kawasan Pertamina yang terbilang angker.
Saat itu seperti biasa mobil yang mengantarkan beliau melewati kawasan Gunung Dubs. Banyak cerita horor yang ada di sini. Dari cerita rumah pembantaian, kawasan banker peninggalan Perang Dunia II sampai kawasan yang dikenal dengan tempat dibunuhnya Suster Maria.

Dulu waktu Saya masih kecil, kalau melewati kawasan tersebut tidak berani menengok bahkan kalau bisa memejamkan mata selama melewati titik-titik yang menjadi cerita legenda horor di Kota Balikpapan.
Perjalanan menuju Asrama Bukit juga melewati Pemakaman Muslim yang berada di wilayah jalan masuk Asrama Bukit.
Hingga akhirnya beliau diantar menuju rumah kediamannya yang berada di kawasan Jalan Kilat Balikpapan Barat.
Bisa dibayangkan bagaimana sepinya saat waktu itu perjalanan menuju pulang disaat tengah malam dan melewati kuburan yang pastinya sangat sepi tidak seperti saat sekarang ini.
Kawasan Prapatan yang memang merupakan kawasan pemukiman kala itu masih terbilang sepi.
Kawasan Prapatan yang memang merupakan kawasan pemukiman kala itu masih terbilang sepi.
Hingga akhirnya beliau sampailah di mulut gang dekat rumah beliau. Dari cerita sopir yang juga teman ibu saya. Saat itu, julak turun tanpa suara. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Beliau juga terlihat pucat seperti mayat hidup.
“Mungkin beliau kurang enak badan”, cerita sopir kepada ibu Saya.
Memang julak terlihat tidak seperti biasanya saat sampai di rumah kata ibu Saya. Masuk rumah tanpa mengucap salam. Persis seperti orang asing.
Sesampainya di kamar tamu, beliau jatuh pingsan. Dan tanpa sebab beliau berbicara dalam bahasa Belanda. Seisi rumah pun terbangun, kaget dan bingung.
Beliau meranyau (berbicara tidak jelas) menggunakan Bahasa Belanda sambil memegang leher. Sedangkan kepalanya terlihat lunglai lemas tak berdaya. Kai (kakek) saya langsung menyuruh Kakak laki-laki ibu saya untuk memanggil tetangga yang kebetulan pandai berbahasa Belanda. Tujuan Kai hanya ingin tahu apa yang sedang diomongkan.
Meranyau sambil menundukkan kepala seperti lunglai lemas tak berdaya. Sedangkan tangan beliau sesekali seperti menggenggam sesuatu di dadanya. Ternyata, kenapa kepalanya seperti lunglai lemas tak berdaya, karena mahluk itu ternyata tidak berkepala. Sedangkan genggaman di depan dada itu karena mahluk yang merasuki Julak adalah seorang tentara Belanda yang sedang memegang senjata.
Kata Kai yang diceritakan oleh ibu saya, “Mahluk ini masih menggunakan seragam tentara dan darahnya berceceran dari jalan hingga ke dalam rumah.”
“Mahluk ini masih menggunakan seragam tentara dan darahnya berceceran dari jalan hingga ke dalam rumah.”
Dia merintih kesakitan sambil sesekali berbicara dengan Bahasa Belanda yang fasih. Padahal Julak sendiri tidak pernah menggunakan Bahasa Belanda pada kesehariannya.
Setelah tetangga datang dan mendengarkan apa yang sedang diomongkan, barulah seisi rumah malam itu tahu, saat itu benar seperti yang dilihat Kai bahwa kalau Julak sedang kesurupan Tentara Belanda tanpa kepala. Ceritanya, Tentara Belanda tersebut adalah korban pembantaian yang dilakukan oleh Tentara Jepang saat Pendudukan Jepang pada Perang Dunia II yang berhasil menduduki Kota Balikpapan saat itu.
Bukan itu saja, ternyata Tentara Belanda yang merasuki beliau itu tanpa kepala, karena telah dipenggal oleh Tentara Jepang yang berhasil menangkapnya. Jadi Tentara Belanda yang merasuki beliau itu merintih kesakitan dan meminta tolong untuk dicarikan kepalanya.
“Dicarikan kepalanya???”
“Cari dimana???, Begitu kata kai.
Ternyata Tentara Belanda yang merasuki beliau itu tanpa kepala, karena telah dipenggal oleh Tentara Jepang yang berhasil menangkapnya.
Ya begitulah terkadang hantu atau jin mintanya macam-macam saja. Tapi begitulah cara jin supaya manusia mau mengikuti kemauannya. Hingga akhirnya bisa dia ajak menjadi pengikutnya atau mengabdi kepadanya. Makanya ada judul film “Pengabdi Setan” ya kan.
Setelah ditelusuri dari dialog yang dilakukan Kai dengan Tentara Belanda yang merasuki Julak yang diterjemahkan oleh tetangga kami, seisi rumah tahu bahwa Tentara Belanda tanpa kepala tersebut merasuki Julak saat beliau melewati Kuburan Belanda yang ada di daerah Prapatan.
Dia (mahluk yang merasuki) juga mengatakan bahwa temannya juga banyak yang seperti dia. Tanpa kepala merintih sambil menunggu bantuan orang-orang yang melewati kuburan tersebut.
Setelah mengetahui siapa yang merasuki dan kenapa sampai merasuki. Akhirnya Julak dapat disembuhkan oleh Kai sendiri hanya dengan segelas air putih. Julak pun siuman dan seperti orang bingung, kenapa banyak sekali yang mengerumuninya.
Setelah diceritakan seperti apa saat beliau kesurupan, barulah beliau tersadar kalau sudah dirasuki mahluk halus. Beliaupun bercerita, bahwa pada saat di sekitar kuburan Belanda tersebut, beliau merasa tiba-tiba tidak enak badan. Seperti kedinginan, dan kepala rasanya lemas.
Saat melewati jalan Gunung Dubs juga beliau melihat banyak penampakan mahluk halus yang rupanya bermacam-macam. Ada yang rupanya seperti tentara, ada yang seperti noni-noni Belanda, dan ada juga yang menyerupai anak-anak sedang bermainan. Padahal saat itu malam hari dan daerah yang dilewatinya terkenal sepi.
Ternyata kata Kai, orang yang kesurupan mahluk halus sering kali bisa melihat melihat mahluk dari golongannya. Maka apa yang dilihat dan dirasakan Julak itu sesungguhnya adalah apa yang sedang dilihat oleh mahluk halus yang sedang merasuki beliau.
Begitulah sedikit cerita nyata misteri tentang Kesurupan Tentara Belanda Tanpa Kepala. Semoga kita terhindar dari godaan setan dan kejahilan mahluk jin dan kawan-kawannya. Jangan lupa selalu berdoa saat kita keluar rumah atau hendak bepergian. Karena sesungguhnya hanya Allah Subhanahu wa ta’ala yang mampu memberikan perlindungan kepada kita mahlukNya yang lemah ini. (pbb)
Salam sehat,
Bambang Herlandi
Bloger Balikpapan
www.bambangherlandi.web.id