Kisah Seram Rumah Sakit Umum Balikpapan: Arwah yang Tak Mau Pergi

“Kamu kok jalannya sambil merem, nak…”
Saya masih ingat suara Ibu malam itu, saat kami melewati lorong gelap menuju ruang periksa. Tangannya menggenggam erat jemari kecil saya. Suaranya pelan, seolah menanyakan sesuatu yang sudah tahu jawabannya.

Balikpapan dikenal sebagai kota minyak, pelabuhan, dan kilang. Tapi bagi sebagian orang yang tumbuh di kota ini sebelum tahun 1990-an, ada satu tempat yang tak akan mudah dilupakan: Rumah Sakit Umum Balikpapan, sebuah bangunan besar yang dulu berdiri megah di pusat Kota Balikpapan, tapi menyimpan kisah seram yang membuat siapapun bergidik bila membahasnya.

Bangunan itu memang sudah dirobohkan. Tapi kisahnya belum benar-benar selesai. Bahkan hingga kini, kisah seram rumah sakit umum Balikpapan masih terus dibicarakan, dari warung kopi hingga grup WhatsApp keluarga.

Lorong Sunyi dan Kursi Roda yang Bergerak Sendiri

Waktu saya kecil, rumah sakit itu jadi tempat yang paling saya takuti. Bukan karena suntikan atau bau obat, tapi karena suasananya. Lorong-lorongnya dingin. Lampunya kuning redup. Dan di ujung belakang, ada ruang jenazah yang selalu membuat kaki saya berat untuk melangkah.

Di sana, ada satu kursi roda tua. Warnanya pudar, rodanya sudah berkarat. Tapi anehnya… kadang bergerak sendiri.
Bukan didorong siapa-siapa. Tidak juga tertiup angin. Tapi bergerak perlahan seperti… sedang membawa penumpang yang tak kasat mata.

Saya pernah mendengarkan langsung ceritanya. Dan saya yakin, saya bukan satu-satunya yang pernah mendengar cerita ini.

Penampakan yang Tak Ingin Pergi

Cerita-cerita mistis tentang tempat ini bukan cuma berasal dari warga. Para suster, satpam, bahkan pasien pernah menyampaikan kesaksian mereka.

Salah satunya sebut saja Mbak Yuli, mantan perawat yang sempat bertugas malam hari:

“Jam tiga pagi, saya lihat ada pasien jalan sendirian. Bajunya putih… penuh darah. Saya samperin, saya panggil. Tapi dia diam. Pas saya dekati… hilang begitu saja.”

Ada juga cerita tentang perawat tua berseragam zaman Belanda, sering terlihat berjalan menyusuri lorong, matanya kosong, melangkah perlahan seperti masih mengingat tiap sudut bangunan itu.

Dan ya, suara-suara aneh pun tak kalah seringnya.

“Kreeekk… kreeekk…”
Roda berdecit. Tapi tak ada siapa-siapa. Lorong kosong. Kursi roda ada di tengah jalan, padahal sebelumnya ditaruh di pojok.
Pak satpam yang bertugas malam itu juga sampai sempat mengucap doa saking merindingnya.

Berubah Nama, Tapi Tidak Takdirnya

Setelah tak lagi digunakan sebagai rumah sakit, tempat ini sempat berubah fungsi dan dikenal sebagai Puskib. Tapi walau nama dan fungsi berubah, hawanya tetap sama. Mistis. Tidak nyaman. Seperti ada yang masih menetap di sana, dan tak rela dilupakan.

Katanya warga sekitar juga sering mendengar cerita motor yang mogok saat melintas. Ada juga driver ojek online mengarah ke lokasi itu, tapi saat driver tiba, calon penumpangnya tidak ada.

Edo sebut aja begitu, salah satu driver ojol, pernah bilang:

“Saya pernah dapet order. Nama pengordernya Sri. Lokasinya ya itu, sekitar puskib. Pas saya sampai, calon penumpangnya gada. Saya telepon, diangkat. Tapi suaranya… kayak dari kaset rusak.

Dia cuma bilang: ‘Maaf… saya sudah tidak di sana… sejak lama.’”

Pohon Beringin, Mesin Gergaji yang Macet, dan Kerajaan Jin

Ada juga cerita dari warga sekitar yang mengisahkan di salah satu sudut tanah bekas rumah sakit itu, ada pohon beringin tua. Akar-akarnya besar, menjalar seperti cengkeraman tangan yang enggan melepaskan bumi. Beberapa orang yang pernah mencoba menebangnya. Tapi anehnya, mesin gergaji selalu mogok jika diarahkan ke pohon itu. Bahkan sampai ada yang sakit selepas mencoba menebangnya.

“Pohon itu pusatnya,” kata Mbah Nana, warga lama yang sudah tua banget.
“Dulu rumah sakit umum itu adalah satu-satunya rumah sakit umum daerah yang ada di Kota Balikpapan. Jadi semua kejadian yang terkait pasien sakit, celaka maupun meninggal dunia, di bawanya ke Rumah Sakit ini. Sampai sekarang pun, pernah ada alat berat yang mencoba untuk membersihkan lahan bekas rumah sakit itu selalu gagal apalagi kalau sudah berada di sekitar pohon itu.”

Banyak yang percaya, di situlah kerajaan jin berada. Tempat arwah-arwah itu berkumpul. Menunggu. Mengamati. Atau mungkin… marah karena tempat mereka terusik.

Dirobohkan, Tapi Tak Pernah Hilang

Beberapa tahun lalu, akhirnya gedung itu dirobohkan. Mungkin karena ingin dialihkan fungsinya oleh Pemerintah Provinsi Kaltim. Tapi sampai sekarang yang jelas, tidak ada yang merasa tempat itu benar-benar “bersih”.

Beberapa cerita warga yang melewati bekas lokasi rumah sakit itu sering merasa seperti sedang melewati daerah yang sepi tapi ada mata-mata yang sedang mengawasi.

Walaupun kini hanya lahan kosong. Tapi tak ada anak-anak yang mau main bola di lahan kosong tersebut seperti layaknya lahan kosong lainnya.

Ada juga ada cerita seorang pengendara motor, “Gua pernah berhenti sebentar,” kata pengendara tersebut.

“Helm gua jatuh sendiri dari spion. Pas gua ambil… ada suara bisik.”

“Dia bilang apa?” tanya saya.

“Ssssttt… jangan ganggu tempat kami…”

Kalau Suatu Malam Kamu Melewati Sana…

Kisah seram rumah sakit umum Balikpapan bukan sekadar cerita horor murahan. Ia adalah serpihan memori kolektif warga kota tentang tempat yang pernah menyembuhkan, tapi juga menjadi saksi penderitaan terakhir banyak jiwa.

Apakah arwah mereka masih bergentayangan di sana?
Benarkah pohon beringin itu rumah bagi penguasa alam lain?

Entahlah. Tapi kalau suatu malam kamu melewati daerah itu, dan angin dingin tiba-tiba menyapa tengkukmu, atau kamu mencium bau obat yang tak tahu dari mana datangnya…

…mungkin kamu sudah cukup dekat untuk didengar. Atau… dilihat balik.

Kalau kalian yang membaca tulisan ini, apa pernah punya pengalaman tentang Kisah Seram Rumah Sakit Umum Balikpapan atau rumah sakit lainnya? Silakan dituliskan di kolom komentar. Jangan lupa berdoa sebelum tidur, biar malam ini tidak ada mahluk lain yang mengintipmu dari jendela.

Wassalaam,
Bambang Herlandi
Bloger Balikpapan