Pasti kamu pernah mendengar, atau bahkan mungkin pernah mengalami sendiri, kejadian kesurupan massal. Kejadian yang tidak hanya menggemparkan satu lingkungan, tapi bisa merembet ke tempat lain. Bahkan ada kasus di mana kesurupan di satu sekolah, menular ke sekolah sebelahnya. Percaya atau tidak, kejadian ini benar-benar nyata. Saya sendiri pernah berada dalam situasi kesurupan massal yang diakibatkan oleh serangan gerombolan jin. Dan kisah 2 Sekolah Ini Kesurupan Massal Setelah Diserang Gerombolan Jin ini saya coba ceritakan dari versi yang saya alami.
Cerita ini bermula di sebuah event di Balikpapan Sport and Convention Center (BSCC) Dome sekitar tahun 2010-an. Saat itu ada kegiatan yang banyak menghadirkan siswa dari berbagai sekolah di Kota Balikpapan. Kebetulan saya menjadi seorang guru pendamping mewakili sekolah pada kegiatan tersebut.
Awalnya tidak ada yang aneh. Seperti biasa para siswa yang saya bawa sangat senang, karena “belajar diluar sekolah”. Area Dome menjadi arena “bermain” siswa yang menghadiri event tersebut. Tidak terkecuali daerah “terlarang” yang berada di lantai paling atas dari Dome. Kenapa terlarang? Karena memang dilarang untuk dimasuki oleh satpam dan petugas yang ada di Dome.
Bangunan ini memang merupakan sebuah gedung ikonik yang berada di Kota Balikpapan. Saya rasa, hampir tidak ada warga Balikpapan yang tidak tahu dengan bangunan yang satu ini. Bangunan besar dengan arsitektur melengkung ini memang kerap digunakan untuk event besar, mulai dari konser, pameran, sampai acara keagamaan.
Namun yang tidak banyak orang tahu, bangunan ini “mungkin” juga menyimpan misteri. Karena lokasi Dome ini dulunya adalah area hutan yang mungkin saja banyak ditinggali mahluk tak kasat mata. Banyak warga yang mengaku pernah melihat penampakan di sekitar area tersebut. Dan saya juga pernah menuliskan tentang Cerita Misteri Hantu Wanita Simpang Dome.
Setelah selesai mengikuti kegiatan di Dome tersebut, kami kembali ke sekolah. Dan semuanya berjalan dengan wajar. Semua siswa kembali dengan sehat wal afiat. Tapi setelah beberapa hari, ada beberapa siswa yang mengikuti kegiatan di Dome mulai bertingkat aneh. Ada yang melamun dengan tatapan kosong. Ada yang hari-harinya seperti orang yang sedang sakit demam.
Saat itu saya sedang mengajar di Lab. Komputer dan awalnya ada seorang siswi yang seperti sedang melamun dengan tatapan mata yang kosong. Saya coba untuk mendekatinya, dan menanyakan kondisi dia. Tiba-tiba siswi tersebut seperti bertingkah aneh. Saya melihatnya seperti sedang kesurupan mahluk halus. Saya coba untuk mengajak berbicara, tapi ternyata gaya berbicaranya tidak seperti biasanya. Siswa tersebut selalu menunduk dan lemas saat ditanya. Saya mencoba menghubungi orang tuanya untuk dibawa pulang saja.
Besoknya kejadiannya terulang kembali. Dan kali ini ditambah 1 orang siswa (laki-laki) yang juga bertingkah aneh di depan lab. Dan disini mulai merambat satu per satu dari siswa yang ada di Lab. Komputer. Seingat saya ada sekitar 5 orang yang bertingkah aneh dan semuanya kita coba evakuasi ke UKS. Dan ternyata kejadian ini berlanjut dengan teriakan histeris dari beberapa siswa di kelas yang berbeda. Guru-guru yang sedang mengajar ikut panik, karena kondisi yang diluar kebiasaan. Bahkan ada guru wanita yang jadi ketakutan melihat siswanya di kelas tiba-tiba teriak histeris. Entah berapa banyak yang sudah mulai tumbang, dan akhirnya UKS sudah tidak bisa menampung para siswa yang “kesurupan” tersebut. Hingga akhirnya beberapa siswa yang baru kesurupan kita evakuasi ke masjid. Hal ini berlangsung beberapa hari.
Banyak yang kesurupan adalah siswa perempuan, yang tiba-tiba menjerit histeris di tengah pelajaran. Matanya melotot, tubuhnya kaku, dan ia terus mengulang kalimat yang tidak dimengerti siapa pun. “Saya tidak suka dengan kalian semua… kalian telah mengganggu rumah kami… kami mau balas dendam” Begitu terus sampai ia akhirnya pingsan.
Belum sempat guru-guru dan siswa lainnya menenangkan keadaan, satu demi satu siswa lain ikut mengalami hal serupa. Jeritan, tawa keras tanpa sebab, bahkan ada yang sampai dipegangi beberapa orang. Suasana sekolah pun berubah mencekam. Pihak sekolah segera memanggil orang tua, dan kegiatan belajar dihentikan.
Namun ternyata, teror kesurupan belum berakhir.
Terdengar kabar dari sekolah tetangga juga mengalami hal yang sama. Padahal tidak ada siswa dari sekolah tersebut yang ikut ke Dome. Namun entah bagaimana, kesurupan massal merembet begitu saja. Bahkan lebih parah.
Salah satu guru sekolah tetangga yang saya kenal mengatakan, “Awalnya saya pikir cuma histeria biasa. Tapi ketika saya lihat siswa saya, mulai berbicara yang aneh-aneh…. saya merinding.”
Di situasi yang juga baru pertama kali saya alami ini, saya coba memberanikan diri untuk berdialog dengan salah satu siswa yang kesurupan. Awalnya saya coba untuk menanyakan siapa mahluk yang ada di tubuh siswa tersebut.
“Assalaamu’alaikum”, saya mencoba untuk mengawali dengan salam
“wa’alaikumussalaam”, ternyata dijawab juga olehnya
“Ikam siapa? Kenapa ikam mengganggu siswa kami”, tanya saya dalam Bahasa Banjar
“Saya adalah penunggu Dome”, jawabnya
“Saya tidak suka dengan anak-anak di sini, mereka sudah mengganggu tempat kami”
“Saya datang kemari bersama teman-teman”
Ternyata mereka datang tidak sendirian. Mereka datang dan menyerang siswa kami secara gerombolan. Dari dialog yang ada, ternyata mereka terdiri dari anak-anak dan remaja jin. Persis anak-anak remaja yang sedang “beserangan”.
Mungkin mereka tidak suka dengan aktivitas yang dilakukan oleh para siswa di tempat “terlarang” di Dome. Sehingga merasa terganggu dan secara bergerombol menyerang sekolah kami yang juga merimbas ke sekolah tetangga.
Akhirnya saya meminta dia keluar dari tubuh siswa saya dan meminta mengajak rekan-rekannya untuk kembali, “Ikam bulik haja, bawa kekawalan sekalian lah”
Setelah selesai berdialog. Salah satu guru yang menemani saya berdialog, sempat bertanya kepada saya, “Bahasa banjarnya Pak Bambang totok banar” maksudnya “Pak bambang bisa berbahasa banjar dengan sangat fasih”.
Saya memang masih memiliki darah Banjar dari Ibu saya. Ibu saya adalah orang Banjar asli. Kai (kakek) saya adalah seorang Banjar yang berasal dari dari Martapura dan Nenek saya berasal dari daerah Rantau, Kalimantan Selatan. Dan kebetulan saat kecil, saya dibesarkan di keluarga Ibu. Dan pengasuh saya adalah orang Banjar yang berasal dari daerah Tanjung, Kalimantan Selatan.
Kejadian ini berlangsung beberapa hari berturut-turut. Sampai-sampai sekolah juga menghadirkan beberapa ustadz yang juga praktisi rukiyah untuk membantu menenangkan dan “mengobati” para siswa yang kesurupan.
Menurut penuturan salah satu ustadz, kejadian ini adalah bentuk kemarahan makhluk gaib yang telah terusik. Gerombolan jin yang disebut sebagai “anak-anak” yang merasa terganggu dan marah dengan aktivitas siswa selama di Dome. Sepertinya sama seperti dialog saya dengan salah satu mahluk yang merasuki salah satu siswa.
Dari kejadian ini, pihak sekolah yang dikoordinir oleh para guru agama, melakukan doa bersama yang diikuti oleh semua guru dan siswa.
Sejak saat itu, kondisi dua sekolah tersebut perlahan membaik. Tidak ada lagi kesurupan, dan suasana kembali normal. Namun pihak sekolah membuat peraturan tegas agar siswa tetap harus menjaga perkataan dan perbuatan dimanapun mereka berada.
Dari cerita ini kita bisa mengambil pelajaran penting. Bahwa kita tetap harus bisa menjaga perkataan dan perbuatan. Tidak semua tempat bisa kita perlakukan seenaknya. Kadang, rasa ingin tahu dan keisengan bisa berakibat fatal. Dunia ini bukan hanya milik kita, manusia, tapi juga ada makhluk lain yang tinggal berdampingan dengan kita.
Kisah kesurupan massal di dua sekolah ini bukan sekadar cerita horor, tapi sebuah pengingat bahwa adab, rasa hormat, dan doa adalah tameng terbaik saat kita berada di luar rumah.
Dan yang paling membuat bulu kuduk merinding, kesurupan ini bukan kali yang pertama dan terakhir. Masih ada kisah yang lebih seram lagi. Dan ini yang mengalaminya adalah anak saya sendiri yang melihat wujud-wujud jin yang mengganggu teman-temannya sehingga terjadi kesurupan massal lagi. Tapi akan saya ceritakan dipostingan lainnya.
“Jangan pernah masuk ke tempat yang bukan milikmu,” ucap seorang penjaga gedung. “Kadang yang terlihat kosong… sebenarnya sudah penuh.”
Buat teman-teman yang punya pengalaman tentang kesurupan massal di sekolah atau di tempat lainnya, boleh cerita di kolom komentar. Biar ceritanya ga dipendam sendiri. Entar kerasukan loh…
Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Salam hormat dan selalu waspada,
Bambang Herlandi
Blogger Balikpapan
www.bambangherlandi.web.id
2 Komentar
Pernah sholat ashar di suatu masjid, tahu-tahu di sebelah saya ada mbak-mbak tertawa ngikik gitu… Dan ternyata kesurupan dong mbak itu asli pengalaman terseram melihat orang kesurupan itu 😂
kesurupan tidak mengenal tempat dan waktu