cinta sejati

Titip Salam Buat Cinta Sejatiku

“Titip Salam Buat Cinta Sejatiku”, Itulah yang selalu ibundaku sampaikan saat kami ingin berziarah ke makam ayanhanda tercinta. Kebiasaan yang kami lakukan setelah meninggalnya ayahanda adalah berziarah sekeluarga ke makam beliau yang berlokasi di Kuburan Muslimin Jalan Soekarno Hatta Kilometer 0,5 Balikpapan.

Dan sebelum pergi berziarah, kami selalu menyempatkan diri ke rumah kakak perempuan saya yang berada di kawasan Jalan Senayan Kelurahan Karang Rejo Balikpapan, tempat beliau dirawat semenjak terkena stroke ketiga, tiga tahun silam.

Karena beliau tidak bisa ke makam untuk berziarah, saya selalu menanyakan kepada ibunda tercinta, apakah ada yang mau disampaikan kepada ayahanda saat kami berziarah? Dan beliau selalu berkata, “titip salam buat cinta sejatiku.”

Memang beliau (ibunda) selalu bercerita bahwa ayahanda adalah cinta sejatinya.

Ya… Cinta sejati…
Karena setelah setahun sepuluh hari ayahanda meninggal di hari Kamis subuh, 4 Agustus 2016 Ibunda pun menyusul beliau untuk bertemu cinta sejatinya pada Senin malam, 14 Agustus 2017.

Tidak Mau Titip Salam Lagi

Tepat 4 Agustus 2017, setahun setelah meninggalnya ayahanda tercinta atau sepuluh hari menjelang meninggalnya ibunda saya tercinta, seperti biasa kami menyempatkan untuk berziarah ke makam ayahanda.

Dan seperti biasa, saya pun mengajukan pertanyaan yang juga biasa. “Apakah mau titip salam buat cinta sejatinya mamah?”

Namun kali ini beliau terdiam saja tidak mau menanggapi pertanyaan saya bahkan tidak mau memberikan salamnya kepada almarhum ayahanda saya seperti biasanya. Sampai 3 kali saya ulangi pertanyaan tersebut “beneran nih, ga mau titip salam buat cinta sejatinya.” Dan beliaupun menjawab dengan tegas “Tidak!”

Sempat heran karena tidak biasanya ibunda saya menolak untuk titip salam kepada cinta sejatinya. Tapi mungkin itu yang diinginkannya. Tidak seorangpun tau, hanya beliau dan Allah yang tau apa yang tersimpan di dalam hati dan pikiran beliau saat itu.

Dan akhirnya setelah sepuluh hari kemudian ibunda saya meninggal dunia barulah saya paham kalau beliau tidak mau lagi titip salam melalui saya, karena ibunda saya maunya bertemu langsung dengan cinta sejatinya di alam barzah sana.

Itulah cinta sejati, terkadang tidak ada yang bisa menggambarkannya dalam wujud yang nyata tapi indahnya bisa dirasakan dalam keabadiannya.

Tulisan ini adalah sebuah kisah nyata yang kupersembahkan dalam rangka mengenang setahun meninggalnya Ibundaku tersayang yang telah melahirkan dan membesarkan kami dengan keimanan, keteguhan dan ketegaran menjalani kehidupan. Dan juga untuk mengenang dua tahun sepuluh hari meninggalnya ayahandaku tercinta yang telah mengajari kami semua tentang kesederhanaan, kesabaran dan keikhlasan menjalani kehidupan.

Terkhusus beliau berdua, doa kami selalu kepadamu
Allahumagfirlaha warhamha wa afihi wa’fuanha
Allahumagfirlahu warhamhu wa afihi wa’fuanhu

Alfatihah

keluarga-cinta-sejati
Kenangan foto keluarga bersama ibunda tercinta di Hari Raya Idulfitri 1438 Hijriyah (25 Juni 2017)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *