Penggunaan BBM Ramah Lingkungan guna Mewujudkan Program Langit Biru untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Fenomena perubahan iklim global (Global Climate Change), kini menjadi perhatian oleh seluruh warga dunia. Tanpa diperangi bersama, alam dan seisinya bisa semakin rusak, dan dapat berdampak pada perubahan iklim global yang bisa mewujudkan berbagai krisis. Menyikapi hal ini, pada November 2015 lalu, Presiden Jokowi telah menandatangani Paris Protocol, terkait kesanggupannya mereduksi emisi gas karbon antara 29-40 persen pada 2050.

Namun, sebenarnya pemerintah Indonesia sudah menggagas kebijakan yang spiritnya sama, yaitu kebijakan Program Langit Biru. Program ini digawangi oleh Kementerian Lingkungan Hidup, via Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1996. Spirit Program Langit Biru adalah upaya untuk mengantisipasi adanya krisis lingkungan, khususnya polusi udara, yang dicetuskan oleh multi sebab, baik karena benda/barang tidak bergerak, dan atau benda/barang bergerak. Adapun sumber pencetus utama benda/barang bergerak adalah sektor transportasi darat. Maka dari itu, untuk mewujudkan program langit biru dan juga mereduksi gas karbon sebagaimana janji Presiden Jokowi pada Protokol Paris (2015), maka mau tidak mau target untuk mewujudkan jenis BBM ramah lingkungan (berstandar Euro 2) menjadi suatu keharusan. Dalam konteks melindungi warganya, mandat untuk untuk mewujudkan program langit biru dengan cara mengurangi emisi gas karbon, adalah bukan hanya mandat pemerintah pusat saja. Pemerintah daerah punya tanggung jawab yang sama, yang secara regulasi bisa melakukan dan mewujudkankanya.

Kondisi Konsumsi BBM di Beberapa Kota di Indonesia

Konsumsi BBM di Kota Pontianak

Khusus di Kalbar PT. Pertamina Marketing Operation Region (MOR) VI Kalimantan telah menambah pasokan BBM jenis premium sebesar 4 persen dari konsumsi normal bulanan atau sekitar 752 KL/hari menjadi 783 KL/hari. “Kemudian untuk BBM jenis pertalite sebesar 4,9 persen dari konsumsi normal bulanan atau sekitar 926 KL/hari menjadi 971 KL/hari.

Kemudian, untuk BBM jenis pertamax juga dilakukan peningkatan stok sebesar 46 persen dari konsumsi normal bulanan atau sekitar 36 KL/hari menjadi 53 KL/hari. ” Untuk pertamax turbo juga dilakukan stok sesuai kebutuhan, yakni konsumsi normal bulanan atau sekitar 1 KL/hari, dan begitu juga untuk BBM jenis solar, dexlite dan pertamina dex juga dilakukan pasokan sesuai kebutuhan.

Dalam mensosialisasikan BBM yang ramah lingkungan terutama jenis Pertamax di Kota Pontianak, PT Pertamina menggandeng komunitas motor “Sobat Pertamax” dan komunitas motor MEN (Maximum Explorer Nusantara. Tujuannya untuk merangkul orang atau komunitas yang peduli pada lingkungan, terutama yang peduli pada penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan seperti Pertamax.

Konsumsi BBM di Kota Samarinda

Minat masyarakat akan BBM Berkualitas jenis gasoline yaitu Pertamax Turbo di Samarinda dan Kalimantan Timur cukup tinggi. Upaya PT. Pertamina dalam mendistribusikan BBM gasoline dengan RON 98 atau kualitas paling tinggi dengan cara mendekatkan titik suplai dari IT Banjarmasin ke FT Samarinda agar ketahanan stok untuk Pertamax Turbo.

Konsumsi Pertamax Turbo di wilayah Kota Samarinda dalam setahun terakhir meningkat sebanyak 17% atau 616 KL pada tahun 2020 bila dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu 528 KL. Sedangkan konsumsi Pertamax Turbo untuk Kalimantan Timur dan Utara mengalami kenaikan sebesar 30% atau dari 1.242 KL tahun 2019 menjadi 1.616 KL tahun 2020.

Konsumsi BBM di Kabupaten Kotawaringin Timur

Dalam setahun terakhir di tahun 2020, Bahan Bakar Khusus (BBK) Pertamax Turbo di Kotawaringign Timur mengalami peningkatan konsumsi sebanyak 72 persen atau sebanyak 293 KL dibandingkan tahun 2019 yang hanya 170 KL. Secara umum untuk wilayah Kalteng mengalami kenaikan sebesar 117 persen atau dari 510 KL tahun 2019 menjadi 1.110 KL tahun 2020 yang kemudian direspons oleh Pertamina MOR VI dengan merubah suplai point Produk Pertamax Turbo ke FT Sampit pada akhir Januari 2021.

Sasaran pengguna Pertamax Turbo ini untuk menjawab kebutuhan konsumen yang memiliki kendaraan dengan mesin berteknologi tinggi terutama untuk spesifikasi mesin dengan standar terbaru dengan rasio kompresi mesin antara 11:1 hingga 13:1. Selain tergolong BBM berkualitas tinggi, penggunaan Pertamax Turbo terbukti andal dan ramah lingkungan.

Konsumsi BBM di Kota Balikpapan

PT Pertamina (Persero) menyatakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi meningkat di Kalimantan Timur. Konsumsi BBM jenis Pertalite mencapai 15.404 kiloliter per bulan atau melonjak 48 persen dibanding 2016 lalu. Pertumbuhan konsumsi Pertalite signifikan setiap bulan di Kalimantan Timur. Masyarakat Kalimantan Timur semakin percaya dengan kualitas Pertalite, yang sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan bermotor terbaru. Pertalite mampu mendukung performa mesin dan mereka yang sudah mempergunakan Pertalite biasanya akan enggan mengkonsumsi Premium yang bersubsidi,

Pertamina mulai memperkenalkan Pertalite di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Kalimantan Timur mulai akhir 2015. Saat itu, 5 persen konsumsi Premium sudah mulai beralih ke Pertalite. Pertamina mencatat konsumsi Pertalite sudah mencapai 20 ton per hari saat pertama kali diperkenalkan di Balikpapan. Adapun konsumsi Pertamax masih di kisaran 750 kiloliter per bulan atau 25 ton per hari. Secara keseluruhan, konsumsi

Pertalite di Kalimantan Timur sudah mencapai 40 ton per hari. “Konsumen menyadari kelebihan kualitas produk Pertalite, yang unggul dalam mendukung performa ataupun perawatan mesin kendaraan bermotor,

Konsumsi BBM di Kota Gorontalo

PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region (MOR) VII Sulawesi memperkirakan akan ada peningkatan konsumsi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi (PSO) dan BBM berkualitas (Non PSO) di Gorontalo. peningkatan terjadi pada BBM berkualitas (Non PSO). Pertamax Turbo diprediksi meningkat sebesar 5,8 persen dari rerata harian normal sebesar 600 Liter menjadi sebesar 650 Liter per hari.

Pertamax juga tercatat meningkat 3,7 persen dari rerata harian normal sebesar 7.700 Liter menjadi 8.000 Liter per hari. Sedangkan untuk Pertalite peningkatan diprediksi sebesar 2,9 persen dari rerata harian normal sebesar 194.000 Liter hingga menjadi 200.000 Liter per hari .

Sementara untuk PSO jenis Premium sebesar 2 persen dari rerata harian normal sebesar 191.000 Liter menjadi sebesar 195.000 liter per hari. Sedangkan untuk konsumsi solar diprediksi cenderung menurun sebesar 3,6 persen dari rerata konsumsi harian normal sebesar 91.000 Liter turun menjadi 88.000 Liter per hari.

Konsumsi BBM di Kota Kendari

Bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Premium kini mulai ditinggal oleh warga Provinsi Sulawesi Tenggara. Mereka lebih suka menggunakan BBM lebih berkualitas jenis Pertalite dan Pertamax karena dinilai lebih menguntungkan meski harganya sedikit lebih mahal dari Premium.

Menurut Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, Ramadan Tosefu, penggunaan BBM oktan rendah sejenis Premium RON88 dapat menimbulkan dampak buruk pada kesehatan akibat tingginya kandungan polutan pada Premium. Gangguan kesehatan yang bisa timbul akibat penggunaan BBM Premium antara lain akan menyebabkan penyakit kardiovaskuler, anemia, serta gangguan kecerdasan. Sehingga penggunaan BBM berkualitas dan ramah lingkungan sudah mulai didorong, dan masyarakat harus cerdas memilih BBM agar tercipta iklim lingkungan yang sehat.

Kecenderungan warga Sulawesi Tenggara meninggalkan BBM Premium sudah tampak sejak tahun 2015 lalu. Data dari BPH Migas menunjukkan bahwa kuota BBM subsidi jenis Premium untuk Provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah habis terjual. Pada 2015, kuota BBM Premium untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hanya dipakai 89,46%. Sedang kuota BBM Premium pada tahun 2017 hanya dipakai 74,31% dan kuota BBM Premium pada tahun 2018 hanya dipakai 72,36%.

Tujuan Program Langit Biru

Guna mewujudkan program langit biru di Indonesia, YLKI berkolaborasi dengan KBR mengadakan Talkshow dan Dialog Publik yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting pada hari Rabu (12/03/2021) dalam rangka program Kampanye Publik untuk Mendorong Penggunaan BBM Ramah Lingkungan yang bertujuan:

  1. Membangun kesadaran publik (Public awareness) tentang urgensinya penggunaan BBM ramah lingkungan, dan pentingnya perilaku konsumen untuk mewujudkan konsumsi yang berkelanjutan yang berbasis pada green Energi;
  2. Mendorong pemerintah daerah untuk secara komprehensif melindungi warganya dengan mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan bersih, minim dari polusi yang dipicu oleh bahan bakar yang tidak ramah lingkungan;
  3. Membantu program pemerintah agar komitmen mengurangi emisi gas karbon hingga 40 persen, sebagaimana yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (November 2015) pada Paris Protokol bisa bisa tercapai;
  4. Turut menyelamatkan kerusakan lingkungan dan menekan laju fenomena perubahan iklim global, yang dipicu oleh masifnya penggunaan energi fosil, terutama BBM yang berkualitas rendah (belum berstandar Euro);
  5. Mendorong kesungguhan pemerintah untuk mengembangkan dan mewujudkan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Sumber-sumber EBT di Indonesia melimpah-ruah, tetapi belum dieksplorasi dan dimanfaatkan secara serius.

Harapannya dengan penggunaan BBM ramah lingkungan ini dapat mewujudkan Program Langit Biru untuk kehidupan kita yang lebih baik.  

Wassalaam,
Bambang Herlandi
Bloger Balikpapan
Pengguna BBM Ramah Lingkungan


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *