Kisruh Senjata SS1 di Filipina

AGUSTUS lalu, aparat Filipina menangkap dan menahan kapal berbendera Panama ‘Capt Ufuk’, yang mengangkut senjata SS1/V1 buatan PT Pindad. Senjata yang disebut-sebut harga per unitnya Rp 10 juta itu sempat disita.

Kekisruhan itu akhirnya dijelaskan Direktur Utama PT Pindad Adik Alvianto. Menurutnya, secara biaya PT Pindad tidak menderita kerugian, karena sudah menerima pembayaran atas senjata-senjata pada saat pengapalan.

Kendati begitu, sebagai bentuk tanggungjawab moral, Pindad terus melakukan pemantauan terhadap informasi terkait sejumlah senjata yang diekspor itu. “Kami bersama pemerintah terus memantau,” kata Adik Alvianto.

Senjata itu merupakan hasil transaksi per tanggal 8 Agustus lalu. Dalam ekspor ini, kata Adik, pihaknya mengirimkan 10 pucuk pistol P2 ke Filipina untuk diuji coba dan senjata laras panjang SS1-V2 ke Afrika.

Selama ini belum pernah ada masalah antara PT Pindad dengan pemesan di Filipina. Dengan adanya kejadian ini, menurutnya, Pindad akan lebih berhati-hati terutama terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi di perjalanan. Pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pemerintah, karena secara administratif PT Pindad sudah memenuhi persyaratan legal.

“Harga satu unit senjata serbu SS1/V1 per unit adalah Rp 10 juta,” kata Direktur Utama PT Pindad, Andik Avianto. dalam keterangan pers bersama di Gedung Departemen Pertahanan, Jakarta Pusat, Selasa (1/9) lalu.

Harga yang dibandrol itu juga berlaku saat senjata SS1/V1 itu dijual ke luar negeri, termasuk yang diekspor ke negara Mali. Harga yang dipatok itu juga sama dengan harga jual PT Pindad ke TNI.

“Ini berlaku ketika dijual. Harga penjualan kepada TNI maupun pada saat dijual ke luar negeri,” ujar dia. Keterangan pers ini terkait temuan senjata dari bea cukai Filipina dari satu kapal kargo “Capt Ufuk” di Bataan.

Kapal itu mengangkut sekitar 50 senapan pada 20 Agustus malam. Berarti, senjata yang ditemukan itu bernilai sekitar Rp 500 juta. Setelah dicek, ditemukan senapan buatan Pindad berjenis SS1-V1, beberapa perlengkapan militer lainnya. Ada pula senjata laras panjang bermerek Israel “Galil”, sejenis senjata tipe serbu yang sangat akurat dalam jarak 300-800 meter.

Menko Polhukam Widodo AS mengatakan bahwa pesanan senjata negara Mali itu tercantum dalam kontrak yang sangat jelas. Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono juga sudah menegaskan bahwa PT Pindad sudah melakukan prosedur resmi. (berbagai sumber)


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *